Era digital dideklarasikan sebagai revolusi industri keempat di seluruh dunia. Studi yang dilakukan perusahaan konsultasi global McKinsey&Company menyimpulkan bahwa produk domestik bruto tahunan Indonesia akan mencapai US$150 miliar (kira-kira 10%) pada 2025 – bukti dari digitalisasi yang merajalela di Indonesia.
Revolusi digital ini mengubah kehidupan sehari-hari penduduk Indonesia secara total—terutama di kawasan Jawa dan Sumatera—dari bagaimana Indonesia mendapatkan layanan dan produk, menjalankan bisnis hingga bahkan membuat keputusan sehari-hari.
McKinsey&Company lebih lanjut mengklaim bahwa melalui riset terhadap infrastruktur, regultasi teknologi informasi dan adopsi teknologi di 20 negara (mulai dari negara-negara maju seperti Jerman dan Korea Selatan hingga negara berkembang seperti Thailand), kondisi digital yang tak bisa dihentika akan mengizinkan tambahan 50 juta penduduk Indonesia menjadi bagian dari tenaga kerja. Tenaga kerja yang meningkat ini menambahkan US$35 miliar ke PDB Indonesia dan menciptakan 3.7 juta pekerjaan baru tiap tahunnya.
Di artikel ini, kami akan menjelaskan kesempatan bisnis di Indonesia bernilai jutaan dolar yang tercipta berkat revolusi teknologi digital.
Perusahaan Rintisan Digital di Indonesia
Saat ini, ada 1463 perusahaan rintisan, dengan mayoritas di bidang digital dan teknologi, di Indonesia dirintis oleh generasi muda. Tingginya jumlah ini menempatkan Indonesia di posisi puncak, menjadi negara ketiga terbesar di dunia untuk perusahaan rintisan, setelah India dan Amerika Serikat.
Beberapa contoh perusahaan rintisan terkemuka adalah GO-JEK dan Tokopedia. Invensi GO-JEK membantu orang-orang bepergian dengan moda transportasi motor, dan Tokopedia memberi pengalaman yang jauh lebih mudah bagi setiap orang yang ingin berbelanja online dari kenyamanan di rumah mereka masing-masing.
Tingginya Penetrasi Telepon Genggam dan Internet
Saat ini, Indonesia adalah negara dengan populasi keempat terbesar di dunia. Sebagai hasilnya, tingginya penetrasi telepon genggam di Indonesia terlihat jelas dalam beberapa tahun belakangan ini.
Namun, jumlah ini hanya separuh dari total keseluruhan populasi di Indonesia dan oleh karenanya, Indonesia masih memiliki tambang emas bagi pengusaha digital untuk menggali. Dengan potensi besar ini, Indonesia bertujuan menjadi pusat ekonomi digital terbesar di ASEAN pada 2020. Lebih lanjut lagi, pada tahun yang sama, diprediksi bahwa nilai transaksi e-commerce di Indonesia akan mencapai US$130 juta.
Target ambisius ini dapat dicapai karena gaya hidup penduduk Indonesia yang mengikuti tren dan erat dengan lingkungan digital. Asosiasi Penyedia Layanan Internet Indonesia mengungkapkan bahwa pengguna internet Indonesia diperkirakan berjumlah 52% dari populasi Indonesia, dan kebanyakan mengakses internet dari telepon genggam dengan penggunaan rata-rata selama 4 jam per hari.
Di antara 270 orang di Indonesia, terdapat jumlah substansial untuk SIM card aktif – sekitar 370 juta. Tingginya penetrasi ini karena fakta bahwa operator telekomunikasi akan membangun infrastruktur jaringan telepon genggam yang sangat besar, serta ponsel pintar yang tidak mahal—mendukung daya beli kelas menengah dan rendah di Indonesia.
Layak juga untuk diketahui bahwa pada 2020, setiap satu persen peningkatan dalam penetrasi telepon genggam akan menciptakan tambahan PDB sebesar US$ 640 juta dan 10,700 pekerjaan baru.
Populasi Tanpa Bank
Kebanyakan traffic untuk internet dan situs di Indonesia berasal dari perangkat telepon karena harga telepon genggam yang terjangkau di Indonesia. Dengan akses yang mudah terhadap telepon genggam, fintech di Indonesia tentunya menimbulkan di Indonesia serta di antara para investor.
Hal ini disebabkan oleh sedikitnya populasi di Indonesia yang memiliki rekening bank, yakni sebesar 36%, dan hanya 3% yang memiliki kartu kredit. Dengan kemunculan fintech serta platform e-wallet, lebih dari 125 juta pengguna internet melalui telepon genggam di Indonesia menjadi lebih mudah dalam mengakses bank lewat internet dari sebelumnya.
Bisnis Berbasis Media Sosial dan Situs
Meningkatnya penggunaan Facebook, Twitter, WhatsApp, dan platform media sosial lainnya serta layanan messenger juga menjadi faktor utama tingginya penetrasi data dan kesempatan digital di Indonesia.
Di sisi lain, pasar Indonesia berbasis web diperkirakan sebesar IDR 1.6 triliun (US$128 juta), dengan sebesar 11% bisnis berskala kecil dan menengah memiliki situs. Dalam 3 tahun berikutnya, pasar diprediksi mengalami peningkatan ganda menjadi IDR 4 miliar (US$322 juta).
Di antara situs bisnis kecil dan menengah di Indonesia, 55% memiliki situs dengan optimisasi telepon genggam untuk melengkapi tingginya penetrasi pengguna telepon genggam.
Upaya Digitalisasi oleh Pemerintah di Indonesia
Dengan Paket Kebijakan Ekonomi ke 14 untuk E-Commerce, Visi Ekonomi Digital Indonesia 2020 di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo memiliki masa depan cerah, mendapatkan banyak perhatian baik secara domestik maupun internasional.
Mengurangi Pembagian Digital
Untuk memenuhi misi dan visi yang ditetapkan pemerintah Indonesia, hal terpenting untuk dilakukan adalah mengurangi pembagian digital di Indonesia.
Semua penduduk Indonesia harus bisa memiliki akses yang sama terhadap layanan telekomunikasi. Rencana broadband Indonesia 2014-2019 dan selesainya konstruksi Palapa Ring di Indonesia Timur adalah dua inisiatif yang dilakukan untuk menghadapi tantangan ini.
Sumber Daya Manusia
Isu yang sama terus melanda perusahaan rintisan digital, yakni kurangnya talenta berkualitas walaupun pertumbuhannya besar.
Ini disebabkan oleh sektor pendidikan tinggi di Indonesia yang di bawah rata-rata sehingga tidak mampu menyediakan sumber daya manusia yang cukup untuk memenuhi persyaratan dan kebutuhan industri.
Hal ini menjadi salah satu tantangan utama karena sumber daya manusia dianggap sebagai faktor penting untuk meningkatkan daya saing Indonesia di kancah internasional. Dengan paket reformasi, pemerintah Indonesia saat ini berupaya meningkatkan kualitas pendidikan nasional dan merekrut tenaga pendidik dari luar negeri.
Regulasi dan Birokrasi
Kebanyakan investor dan pengusaha di Indonesia sering merasakan betapa lambatnya regulasi jika harus mengejar derasnya perkembangan digitalisasi.
Pemerintan Indonesia sekarang telah bekerja sama dengan entitas terkait untuk merevisi regulasi sehingga menjadi lebih adaptif, sederhana dan tidak memakan waktu, namun pada saat bersamaan tidak menghalangi inovasi digital.
Kesempatan Bisnis di Indonesia yang Paling Menguntungkan
Dalam beberapa tahun belakangan, kita telah melihat kemunculan sektor digital di Indonesia. Sektor ini:
- menjadi lapisan yang nyaman antara pengguna dan penyedia layanan
- memberi nilai dengan mengumpulkan data dan informasi bagi pengguna
- menjawab pertanyaan dan mengatasi masalah pengguna berdasarkan permintaan
- membuat pengguna terhubung sepanjang waktu
Lima sektor utama yang mengalami pertumbuhan signifikan adalah:
- layanan berbasis permintaan
- teknologi finansial
- komputasi awan
- Software as a Service (SaaS)
- e-commerce
Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, salah satu layanan berbasis permintaan paling terkenal adalah GO-JEK. GO-JEK dikenal sebagai pionir di Indonesia yang menyediakan layanan reservasi dan booking motor serta taksi berbasis aplikasi.
Layanan berbasis permintaan dari GO-JEK menawarkan opsi beragam, mulai dari mengirim produk, memesan makanan, layanan cuci mobil serta bersih-bersih rumah – memberikan kontribusi berupa dampak positif yang sangat besar bagi Indonesia, seperti menciptakan lapangan kerja, jam kerja fleksibel dan pengurangan kemacetan.
Masuknya industri fintech di Indonesia menjadi salah satu penerobosan ekonomi besar di negara ini. Jumlah perusahaan rintisa Fintech di Indonesia yang baru dan seringnya tidak tradisional telah mencapai 78% dalam dua tahun terakhir dengan fokus utama pada sektor pembayaran.
Meningkatnya sektor pembayaran di fintech tidak mengejutkan sama sekali karena hanya 36% orang dewasa di Indonesia yang memiliki rekening bank. Sekarang, pembayaran dapat dengan mudah dilakukan melalui kredit telepon atau minimarket dan supermarket.
Pemerintah Indonesia melihat pertumbuhan fintech dan karenanya secara aktif mendukung pertumbuhan fintech melalui Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan Indonesian (OJK) – membuat dan memperbaiki regulasi sehubungan dengan pinjaman Fintech peer-to-peer dan membukaBank Indonesia Fintech Office (BI FTO).
Tak perlu diragukan lagi e-commerce adalah industri yang telah memperoleh fonasi kuat dan mengalami pertumbuhan substansial di Indonesia. Riset menunjukkan bahwa 8 juta penduduk Indonesia berbelanja dan membeli barang online, dan jumlahnya semakin banyak.
Per 2018, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan kebijakan untuk terus berpacu dengan perkembangan e-commerce di Indonesia. Kebijakan yang dimaksud adalah Paket Kebijakan Ekonomi 14 tentang e-commerce road maps,1000 pergerakan digital rintisan, 1 juta nama domain gratis dan digitalisasi 50 juta usaha kecil menengah (UKM).
Dapatkan keuntungan dari kesempatan bisnis di Indonesia bernilai jutaan dolar dan belilah perusahaan jadi online yang ditawarkan Cekindo.